BREAKING NEWS
APP
IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia

Fakta Obat yang Beredar di Indonesia, Perusahaan Farmasi Ungkap Ini !

Fakta Obat yang Beredar di Indonesia, Perusahaan Farmasi Ungkap Ini !

Indonesia menghadapi paradoks yang cukup menarik dalam industri farmasi nasional. Meskipun hampir seluruh obat yang beredar di pasar domestik diproduksi di dalam negeri, ketergantungan terhadap bahan baku impor mencapai tingkat yang sangat tinggi.

Dominasi Produksi Lokal di Pasar Domestik

Direktur Eksekutif Gabungan Perusahaan Farmasi Indonesia (GPFI) Elfiano Rizaldi mengungkapkan fakta yang mencengangkan bahwa 95% obat yang beredar di Indonesia merupakan produksi pabrik farmasi dalam negeri. Angka ini menunjukkan betapa kuatnya posisi industri farmasi lokal dalam memenuhi kebutuhan obat-obatan masyarakat Indonesia.

"Hampir 95 persen obat yang beredar di Indonesia produksi pabrik farmasi di dalam negeri karena ada ketentuan registrasi obat, dan pasar kebutuhan obat yang besar di Indonesia," ungkap Elfiano dalam keterangan kepada CNBC Indonesia, Jumat (18/7/2025).

Dominasi produksi lokal ini tidak lepas dari regulasi pemerintah yang ketat mengenai registrasi obat. Sistem regulasi ini telah menjadi benteng pertahanan yang efektif bagi industri farmasi dalam negeri untuk menguasai pasar domestik.

Regulasi BPOM sebagai Kunci Perlindungan Industri

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memiliki peran sentral dalam mengatur distribusi obat di Indonesia. Ketentuan registrasi obat yang dikelola BPOM mencakup berbagai kategori, mulai dari registrasi baru, registrasi ulang, hingga registrasi variasi untuk obat tradisional, suplemen kesehatan, dan obat kuasi.

Proses registrasi yang komprehensif ini tidak hanya berlaku untuk produk domestik, tetapi juga untuk obat impor. Menurut Elfiano, obat yang diimpor umumnya hanya produk dengan kebutuhan pasar yang relatif kecil, sehingga tidak ekonomis untuk diproduksi di dalam negeri.

"Obat yang diimpor hanya obat yang kebutuhannya relatif kecil, sehingga tidak layak diproduksi, itupun wajib diregistrasikan ke BPOM Indonesia," jelas Elfiano.

Disparitas Harga: Obat Impor vs Lokal

Salah satu konsekuensi dari ketergantungan pada obat impor adalah perbedaan harga yang signifikan. Elfiano menegaskan bahwa obat-obatan impor umumnya dibanderol dengan harga yang jauh lebih mahal dibandingkan produk lokal.

"Yang mahal adalah obat yang diimpor," tegas Elfiano.

Perbedaan harga ini mencerminkan berbagai faktor, mulai dari biaya transportasi, pajak impor, hingga margin keuntungan yang lebih tinggi untuk produk impor. Hal ini juga menjadi salah satu alasan mengapa pemerintah dan industri farmasi lokal terus berupaya meningkatkan kapasitas produksi dalam negeri.

Kelemahan Fundamental: Ketergantungan Bahan Baku Impor

Meskipun berhasil menguasai pasar domestik, industri farmasi Indonesia menghadapi tantangan serius dalam hal kemandirian bahan baku. Elfiano mengungkapkan bahwa lebih dari 90% bahan baku obat yang digunakan industri farmasi nasional masih harus diimpor dari luar negeri.

Ketergantungan tinggi ini disebabkan oleh kelemahan mendasar dalam rantai industri kimia Indonesia. "Karena industri kimia dasar Indonesia belum kuat, untuk membuat bahan obat yang berkualitas," ungkap Elfiano.

Kondisi ini menciptakan kerentanan serius bagi industri farmasi nasional. Ketika terjadi gangguan pasokan global, seperti yang terjadi selama pandemi COVID-19, industri farmasi Indonesia dapat mengalami kesulitan dalam mempertahankan produksi.

Implikasi Terhadap Ketahanan Kesehatan Nasional

Fakta ketergantungan bahan baku impor yang mencapai 90% ini menimbulkan pertanyaan serius tentang ketahanan kesehatan nasional. Dalam situasi krisis global atau gangguan rantai pasokan internasional, kemampuan Indonesia untuk memenuhi kebutuhan obat-obatan masyarakat dapat terancam.

Kondisi ini juga berdampak pada stabilitas harga obat di pasar domestik. Fluktuasi harga bahan baku di pasar internasional dapat langsung mempengaruhi biaya produksi dan pada akhirnya harga jual obat kepada konsumen.

Strategi Pengembangan Industri Kimia Dasar

Untuk mengatasi ketergantungan bahan baku impor, Indonesia perlu mengembangkan strategi jangka panjang dalam memperkuat industri kimia dasar. Pengembangan industri hulu ini menjadi kunci utama untuk mencapai kemandirian dalam sektor farmasi.

Investasi dalam penelitian dan pengembangan, transfer teknologi, serta pembangunan infrastruktur industri kimia dasar menjadi prioritas yang tidak dapat ditunda lagi. Pemerintah perlu memberikan insentif yang menarik bagi investor untuk mengembangkan sektor ini.

Peluang dan Tantangan ke Depan

Meskipun menghadapi tantangan ketergantungan bahan baku, industri farmasi Indonesia memiliki potensi besar untuk berkembang. Pasar domestik yang besar dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa memberikan dasar yang kuat untuk pertumbuhan industri.

Selain itu, regulasi yang protektif dan kemampuan produksi yang sudah mapan memberikan platform yang solid untuk ekspansi ke pasar regional. Dengan investasi yang tepat dalam pengembangan industri kimia dasar, Indonesia berpotensi menjadi hub farmasi regional yang mandiri.

Fakta bahwa 95% obat yang beredar di Indonesia diproduksi dalam negeri namun 90% bahan bakunya impor menggambarkan kondisi paradoksal industri farmasi nasional. Sementara regulasi BPOM berhasil melindungi pasar domestik, ketergantungan pada bahan baku impor menunjukkan perlunya pengembangan industri kimia dasar yang lebih kuat.

Ke depan, Indonesia perlu mengambil langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan ini melalui investasi dalam industri hulu, penelitian dan pengembangan, serta transfer teknologi. Hanya dengan cara ini, industri farmasi Indonesia dapat mencapai kemandirian sejati dan berkontribusi optimal terhadap ketahanan kesehatan nasional.

Farmasi BPOM Obat-obatan Produksi
Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Posting Komentar