BREAKING NEWS
APP
IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia

Belajar dari Kisah Tommy Cooper, Meninggal Sesuai Kebiasaan. Rahasia Husnul Khotimah

Ironi Kematian Tommy Cooper: Apa yang Kita Lakukan Saat Ajal Tiba?

Fakta.blue - Pada 15 April 1984, jutaan orang di Inggris menonton siaran langsung acara "Live from Her Majesty's". Bintang utamanya malam itu adalah Tommy Cooper, seorang komedian dan pesulap legendaris yang terkenal dengan topi fez merahnya.

Di tengah pertunjukan, Cooper tiba-tiba ambruk di atas panggung. Penonton di teater dan di rumah serentak tertawa terbahak-bahak. Mereka mengira itu adalah bagian dari leluconnya yang memang terkenal konyol dan serba "gagal".

Namun, tawa itu berubah menjadi hening. Tommy Cooper tidak bangun lagi. Ia meninggal dunia akibat serangan jantung parah, tepat di puncak ketenarannya, di hadapan jutaan orang yang mengiranya sedang melucu.

Kisah nyata ini adalah pengingat yang menakutkan bahwa kematian tidak pernah memberi tahu kapan ia akan datang. Ia menjemput kita di tengah aktivitas apa pun yang sedang kita jalani. Ini memaksa kita untuk bertanya: jika ajal datang detik ini, dalam keadaan apa kita ditemukan?

Husnul Khotimah: Buah dari Kebiasaan Sehari-hari

Dalam Islam, akhir hidup yang baik—dikenal sebagai husnul khotimah—adalah dambaan setiap Muslim. Kita sering mendengar kisah-kisah indah tentang orang yang wafat dalam keadaan:

  • Bersujud dalam shalat berjamaah.
  • Lantunan Al-Quran masih di lisannya.
  • Tengah berzikir mengingat Allah.
  • Hadir di majelis ilmu atau sedang mengajarkan kebaikan.
  • Berjuang di jalan Allah, termasuk saat bekerja halal untuk keluarga.

Ini adalah akhir yang mulia, sebuah "panen" dari benih ketaatan yang ditanam sepanjang hidup.

Peringatan Su'ul Khotimah: Cermin Kelalaian

Sebaliknya, kita berlindung kepada Allah dari su'ul khotimah atau akhir yang buruk. Sayangnya, banyak juga orang yang dijemput ajal dalam keadaan yang memilukan, yang ironisnya juga merupakan kebiasaan mereka:

  • Di tengah pesta atau tempat hiburan yang melalaikan.
  • Saat sedang tenggelam dalam kemaksiatan, seperti mabuk atau berjudi.
  • Ketika menikmati harta haram hasil korupsi, riba, atau menipu.
  • Dalam kondisi lalai berat, seperti sengaja meninggalkan shalat, asyik bermain game hingga lupa waktu, atau durhaka kepada orang tua.

Kaidah Emas: Anda Wafat Sesuai Kebiasaan Hidup Anda

Mengapa bisa demikian? Ada sebuah prinsip hidup yang telah dijelaskan oleh para ulama besar, termasuk Imam Ibnu Katsir. Prinsip ini berbunyi:

Ø£َÙ†َّÙ‡ُ Ù…َÙ†ْ عَاشَ عَÙ„َÙ‰ Ø´َÙŠْØ¡ٍ Ù…َاتَ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِ

"Sungguh siapa saja yang hidup di atas suatu kebiasaan tertentu, ia pun akan diwafatkan di atas kebiasaan tersebut."
(Tafsir Ibnu Katsir & Taysiir al-Kariim ar-Rahmaan)

Kaidah ini sangat jelas: Kebiasaan harian kita sedang melatih "adegan" terakhir dalam hidup kita.

Jika kita membiasakan diri untuk shalat tepat waktu, lisan kita akan terlatih untuk berzikir. Jika kita membiasakan diri membaca Al-Quran, hati kita akan terikat padanya. Sangat mungkin, di akhir hayat, kita akan dimudahkan untuk melakukan hal-hal yang kita cintai dan biasakan tersebut.

Sebaliknya, jika hidup diisi dengan kelalaian, lisan terbiasa mengumpat, dan waktu habis untuk yang sia-sia, bagaimana kita bisa berharap lisan ini tiba-tiba fasih mengucap Laa ilaaha illallaah di saat-saat terakhir?

Bukan Menunggu, Tapi Menjemput

Pada akhirnya, husnul khotimah bukanlah sesuatu yang ditunggu secara pasif. Ia adalah sebuah proyek seumur hidup yang harus diperjuangkan secara aktif.

Kita semua boleh berharap wafat dalam keadaan terbaik. Namun, harapan itu harus dibayar dengan usaha perbaikan diri setiap hari. Sebelum kematian datang, mari kita bergegas membangun kebiasaan-kebiasaan baik. Mari kita pastikan bahwa "latihan" harian kita adalah latihan untuk sebuah akhir yang indah.

Wallahu'alam bis showab.

Berita Terbaru
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
  • Skeleton Image
Posting Komentar