Komdigi Wajibkan WIFI dan MyRepublic Hubungkan 20 Juta Rumah dengan Internet Murah Usai Menang Lelang 1,4 GHz
FAKTA.BLUE, Jakarta — Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) memberikan mandat baru kepada para pemenang lelang pita frekuensi 1,4 GHz, yakni PT Telemedia Komunikasi Pratama (WIFI) dan PT Eka Mas Republik (MyRepublic). Keduanya diwajibkan menghubungkan 20 juta rumah di Indonesia dengan layanan internet murah.
Mandat ini menjadi peluang sekaligus tantangan besar. Para operator harus berinvestasi membangun ekosistem 1,4 GHz yang belum matang sekaligus dapat menyeimbangkan keuangan dengan penetapan harga internet rumah yang terjangkau.
Sebagai informasi, Telemedia Komunikasi Pratama merupakan anak usaha PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI), sementara Eka Mas Republik (MyRepublic) adalah anak usaha PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA).
Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menegaskan bahwa target tersebut adalah bagian dari komitmen pengembangan konektivitas nasional.
“Jadi memang kepada pemenangnya [lelang 1,4 Ghz] kita berikan target ataupun komitmen untuk membangun 20 juta koneksi internet rumah,” kata Meutya, Kamis (23/10/2025).
Meutya menambahkan, hasil pembangunan jaringan dari frekuensi baru ini kemungkinan belum akan terasa signifikan dalam waktu dekat, namun diperkirakan mulai berdampak pada 2026.
Target Ambisius 20 Juta Sambungan
Target 20 juta koneksi fixed broadband (internet rumah) ini merupakan angka yang sangat ambisius.
Sebagai perbandingan, pemimpin pasar saat ini, IndiHome, membutuhkan waktu lebih dari 10 tahun untuk melayani 10,1 juta pelanggan internet rumah per Juni 2025.
Lelang frekuensi 1,4 GHz ini sendiri ditujukan untuk mengoptimalkan spektrum bagi layanan akses nirkabel pita lebar. Pemerintah berharap langkah ini dapat memperluas jangkauan akses internet, menghadirkan harga terjangkau di wilayah perdesaan, dan mempercepat penggelaran jaringan.
Tantangan Ekosistem 1,4 GHz
Tantangan utama yang dihadapi para pemenang adalah kesiapan ekosistem pendukung pita frekuensi 1,4 GHz yang dinilai masih minim.
Head of Asia Pacific GSMA, Julian Gorman, mengatakan bahwa pita 1,4 GHz belum sepopuler pita 3,5 GHz atau 2,6 GHz yang telah diadopsi secara masif secara global.
“Masalah utama dari teknologi 1,4 GHz adalah ukuran ekosistemnya,” ujar Julian.
Dia menjelaskan bahwa adopsi yang masih sporadis membuat dukungan dari pembuat chip, antena, hingga produsen perangkat masih relatif terbatas, tidak seperti pita lain yang rantai pasoknya sudah matang.
Solusi FWA dan Hasil Lelang
Meskipun demikian, Komdigi menyebut frekuensi 1,4 GHz ideal untuk teknologi Fixed Wireless Access (FWA). Teknologi ini memungkinkan perusahaan telekomunikasi memberikan internet kecepatan tinggi tanpa perlu menarik kabel serat optik ke rumah-rumah pelanggan.
Dengan FWA, ongkos pemasangan diharapkan bisa lebih murah dan proses penjangkauan pelanggan menjadi lebih mudah, khususnya di wilayah yang belum terjangkau infrastruktur kabel.
Menjawab tantangan ekosistem, PT Solusi Sinergi Digital Tbk. (WIFI) atau Surge telah mengumumkan kerja sama dengan Qualcomm Technologies untuk penyediaan solusi platform FWA (Qualcomm Dragonwing) guna mendukung proyek broadband terjangkau ini.
"Surge dapat mempercepat penetrasi broadband dan menghadirkan akses internet cepat dan terjangkau bagi jutaan rumah tangga," ujar Direktur Solusi Sinergi Digital, Shannedy Ong, Rabu (22/10/2025).
Dalam hasil seleksi lelang sebelumnya:
- WIFI memenangkan Regional I (Pulau Jawa, Maluku, dan Papua) dengan penawaran Rp403,7 miliar.
- DSSA (induk MyRepublic) memenangkan Regional II (Sumatra, Bali, dan Nusa Tenggara) dengan penawaran Rp300,8 miliar.
- Eka Mas Republik (MyRepublic) memenangkan Regional III (Kalimantan dan Sulawesi) dengan harga penawaran Rp100 miliar.
APP


Komdigi Wajibkan WIFI dan MyRepublic Hubungkan 20 Juta Rumah dengan Internet Murah